This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Senin, 23 Agustus 2010

Ivan the Terrible

Ivan the Terrible
Ivan The Terrible

Dikenal sebagai Ivan IV (1530–1584) atau Ivan the Terrible (Ivan yang mengerikan) adalah seorang Pangeran kerajaan Rusia. Ia adalah Tsar pertama Rusia dari 1533 sampai 1547 dan juga penguasa pertama Rusia yang mengambil hak Kaisar. Tentara Ivan membangun tembok sekitar garis keliling kota untuk mencegah orang kota yang terlepas. Antara 500 sampai 1000 orang dikumpulkan setiap hari oleh tentara, lalu disiksa dan dibunuh di muka Ivan dan anak lelakinya.

Anak lelakinya, yang juga bernama Ivan, beradu argumen dengan ayahnya.Yang menyebabkan Ivan yang memukul anak lelakinya di kepala dengan tongkat runcingnya, lalu anaknya tewas seketika. Pada tahun 1547 ia menjadi tsar pertama Rusia. Saat ia masih kecil, ayahnya meninggal sehingga ia dirawat oleh Ibu tirinya. Tidak lama kemudian ibunya dibunuh oleh kaum Boyar, kelompok bangsawan Rusia yang kemudian merebut kekuasaan Istana. Setelah kematian Ibunya, Ivan menjadi seorang anak yatim piatu berusia 8 tahun yang terpaksa tinggal ditengah2 musuh2nya. Sedari kecil ia selalu mendapatkan penyiksaan, penghinaan dan teror daripara pembunuh keluarganya, sebagai anak kecil ia hanya bisa menerima semuanya dengan diam.

Ivan the Terrible
Ivan membunuh anaknya

Namun para bangsawan Boyar tidak tahu pepatah China yang memperingatkan bahaya memelihara anak macan, Bocah kecil yang teraniaya ini diam2 mendapat simpati dari para pegawai istana dan para pengawal, apalagi banyak penghuni istana yang juga membenci kelakuan kaum Boyar. Saat Ivan berusia 13 tahun, ia mengundang seorang tokoh Boyar untuk menemuinya dikamar, disana ia sudah mempersiapkan beberapa pengawal istana yang setia padanya dan tanpa ragu2 segera melakukan pembantaian pertamanya.

Hari itu juga Ivan bertindak cepat, ia melakukan serangan mendadak dan membunuh musuh2nya, Ivan menanam ketakutan dan teror di istana Rusia. Tidak lama kemudian Ivan merebut tahta kerajaan miliknya yang pernah hilang. Setelah menjabat sebagai Raja, Ivan baru memahami betapa lemah negaranya dengan perpecahan dari dalam dan serangan negara2 tetangga.

Menurut pemikirannya, Rusia baru bisa menjadi kuat bila perpecahan dalam negrinya diatasi terlebih dahulu baru kemudian menghadapi ancaman dari luar. Sayangnya ia tak memiliki dukungan yang cukup dari rakyatnya serta mendapat ancaman serius dari kaum boyar yang memusuhinya. Ivan yang telah melewati masa kecil yg penuh penderitaan dan kesepian tumbuh menjadi seorang pemimpin yang sangat berani dan cerdas.

Pada suatu hari tanpa banyak bicara ia mengemas semua barang2 istana dan menempatkannya kedalam kereta kereta. Ia memutuskan pindah keluar ibu kota dan mengundurkan diri sebagai raja ! Rakyat yang melihat Ivan pergi dengan kereta2 meninggalkan ibu kota menjadi heboh. Orang2 mengira bahwa Rusia segera runtuh dan akan jatuh ketangan negara2 musuh..

Pada hari2 ini rakyat Rusia hidup dalam ketakutan dan kecemasan luar biasa. Kepergian Ivan menyadarkan Rakyat Rusia bahwa mereka membutuhkan seorang Raja. Rakyat segera mengutus beberapa wakil untuk memohon agar Ivan kembali memerintah. Ivan menemui para utusan ini dan berkata bahwa ia tak lagi berminat menjadi raja karena tak tahan akan penghianatan kaum Boyar. Ivan juga berkata bahwa Kaum Boyar bersekutu dengan negara2 musuh, dan ia tak akan mau kembali ke ibu kota.

Sesuai rencananya, Kalimat kalimat tersebut membuat rakyat membenci kaum boyar dan bersimpati kepada Ivan. Dimana mana kaum boyar mendapat serangan dari rakyat rusia, mereka menjadi kaum yang paling dibenci di negara tersebut. Lalu Rakyat kembali mengirim utusan untuk memohon agar Ivan mau menjadi pemimpin mereka.

Kali ini Ivan memberi 2 pilihan, Ia mau menjadi raja asal diberi kekuasaan absolute dan dukungan penuh dari rakyat... atau

Biarlah Rusia tanpa pemimpin.

Tanpa berpikir jauh, rakyat menerima syarat Ivan dan mengangkatnya menjadi pemimpin absolute, semua tindakannya tak boleh dipertanyakan. Disaat bahaya seperti ini rakyat membutuhkan seorang pemimpin yang kuat. Ivan kembali ke tahta Raja dengan kekuasaan yang sangat besar dan membangun Rusia menjadi negara yang kuat. Ivan IV Rusia, juga dikenal sebagai Ivan yang Mengerikan juga termasuk dalam salah satu dari 10 pemimpin tekejam di dunia.

Ivan the Terrible

Minggu, 22 Agustus 2010

Indonesia Di Jajah Selama 3.5 Abad Karena Sebuah Buku

Tahukah Anda bahwa karena sebuah bukulah maka bangsa Belanda bisa sampai di Nusantara dan melakukan penjajahan atas bumi yang kaya raya ini selama berabad-abad? Buku tersebut berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien , yang ditulis Jan Huygen van Linshoten di tahun 1595.

Photobucket

Inilah kisahnya:

Jauh sebelum Eropa terbuka matanya mencari dunia baru, warga pribumi Nusantara hidup dalam kedamaian. Situasi ini berubah drastis saat orang-orang Eropa mulai berdatangan dengan dalih berdagang, namun membawa pasukan tempur lengkap dengan senjatanya. Hal yang ironis, tokoh yang menggerakkan roda sejarah dunia masuk ke dalam kubangan darah adalah dua orang Paus yang berbeda. Pertama, Paus Urbanus II, yang mengobarkan perang salib untuk merebut Yerusalem dalam Konsili Clermont tahun 1096. Dan yang kedua, Paus Alexander VI.

Perang Salib tanpa disadari telah membuka mata orang Eropa tentang peradaban yang jauh lebih unggul ketimbang mereka. Eropa mengalami pencerahan akibat bersinggungan dengan orang-orang Islam dalam Perang Salib ini. Merupakan fakta jika jauh sebelum Eropa berani melayari samudera, bangsa Arab telah dikenal dunia sebagai bangsa pedagang pemberani yang terbiasa melayari samudera luas hingga ke Nusantara. Bahkan kapur barus yang merupakan salah satu zat utama dalam ritual pembalseman para Fir’aun di Mesir pada abad sebelum Masehi, didatangkan dari satu kampung kecil bernama Barus yang berada di pesisir barat Sumatera tengah.

Dari pertemuan peradaban inilah bangsa Eropa mengetahui jika ada satu wilayah di selatan bola dunia yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya, yang tidak terdapat di belahan dunia manapun. Negeri itu penuh dengan karet, lada, dan rempah-rempah lainnya, selain itu Eropa juga mencium adanya emas dan batu permata yang tersimpan di perutnya. Tanah tersebut iklimnya sangat bersahabat, dan alamnya sangat indah. Wilayah inilah yang sekarang kita kenal dengan nama Nusantara. Mendengar semua kekayaan ini Eropa sangat bernafsu untuk mencari semua hal yang selama ini belum pernah didapatkannya.

Paus Alexander VI pada tahun 1494 memberikan mandat resmi gereja kepada Kerajaan Katolik Portugis dan Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas. Dengan adanya perjanjian ini, Paus Alexander dengan seenaknya membelah dunia di luar daratan Eropa menjadi dua kapling untuk dianeksasi. Garis demarkasi dalam perjanjian Tordesilas itu mengikuti lingkaran garis lintang dari Tanjung Pulau Verde, melampaui kedua kutub bumi. Ini memberikan Dunia Baru—kini disebut Benua Amerika—kepada Spanyol. Afrika serta India diserahkan kepada Portugis. Paus menggeser garis demarkasinya ke arah timur sejauh 1.170 kilometer dari Tanjung Pulau Verde. Brazil pun jatuh ke tangan Portugis. Jalur perampokan bangsa Eropa ke arah timur jauh menuju kepulauan Nusantara pun terbagi dua. Spanyol berlayar ke Barat dan Portugis ke Timur, keduanya akhirnya bertemu di Maluku, di Laut Banda.

Sebelumnya, jika dua kekuatan yang tengah berlomba memperbanyak harta rampokan berjumpa tepat di satu titik maka mereka akan berkelahi, namun saat bertemu di Maluku, Portugis dan Sanyol mencoba untuk menahan diri. Pada 5 September 1494, Spanyol dan Portugal membuat perjanjian Saragossa yang menetapkan garis anti-meridian atau garis sambungan pada setengah lingkaran yang melanjutkan garis 1.170 kilometer dari Tanjung Verde. Garis itu berada di timur dari kepulauan Maluku, di sekitar Guam.
Sejak itulah, Portugis dan Spanyol berhasil membawa banyak rempah-rempah dari pelayarannya. Seluruh Eropa mendengar hal tersebut dan mulai berlomba-lomba untuk juga mengirimkan armadanya ke wilayah yang baru di selatan. Ketika Eropa mengirim ekspedisi laut untuk menemukan dunia baru, pengertian antara perdagangan, peperangan, dan penyebaran agama Kristen nyaris tidak ada bedanya. Misi imperialisme Eropa ini sampai sekarang kita kenal dengan sebutan “Tiga G”: Gold, Glory, dan Gospel. Seluruh penguasa, raja-raja, para pedagang, yang ada di Eropa membahas tentang negeri selatan yang sangat kaya raya ini. Mereka berlomba-lomba mencapai Nusantara dari berbagai jalur. Sayang, saat itu belum ada sebuah peta perjalanan laut yang secara utuh dan detil memuat jalur perjalanan dari Eropa ke wilayah tersebut yang disebut Eropa sebagai Hindia Timur. Peta bangsa-bangsa Eropa baru mencapai daratan India, sedangkan daerah di sebelah timurnya masih gelap.

Dibandingkan Spanyol, Portugis lebih unggul dalam banyak hal. Pelaut-pelaut Portugis yang merupakan tokoh-tokoh pelarian Templar (dan mendirikan Knight of Christ), dengan ketat berupaya merahasiakan peta-peta terbaru mereka yang berisi jalur-jalur laut menuju Asia Tenggara. Peta-peta tersebut saat itu merupakan benda yang paling diburu oleh banyak raja dan saudagar Eropa. Namun ibarat pepatah, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka demikian pula dengan peta rahasia yang dipegang pelaut-pelaut Portugis. Sejumlah orang Belanda yang telah bekerja lama pada pelaut-pelaut Portugis mengetahui hal ini. Salah satu dari mereka bernama Jan Huygen van Linschoten. Pada tahun 1595 dia menerbitkan buku berjudul Itinerario naer Oost ofte Portugaels Indien, Pedoman Perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis, yang memuat berbagai peta dan deksripsi amat rinci mengenai jalur pelayaran yang dilakukan Portugis ke Hindia Timur, lengkap dengan segala permasalahannya.

Buku itu laku keras di Eropa, namun tentu saja hal ini tidak disukai Portugis. Bangsa ini menyimpan dendam pada orang-orang Belanda. Berkat van Linschoten inilah, Belanda akhirnya mengetahui banyak persoalan yang dihadapi Portugis di wilayah baru tersebut dan juga rahasia-rahasia kapal serta jalur pelayarannya. Para pengusaha dan penguasa Belanda membangun dan menyempurnakan armada kapal-kapal lautnya dengan segera, agar mereka juga bisa menjarah dunia selatan yang kaya raya, dan tidak kalah dengan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya.

Pada tahun 1595 Belanda mengirim satu ekspedisi pertama menuju Nusantara yang disebutnya Hindia Timur. Ekspedisi ini terdiri dari empat buah kapal dengan 249 awak dipimpin Cornelis de Houtman, seorang Belanda yang telah lama bekerja pada Portugis di Lisbon. Lebih kurang satu tahun kemudian, Juni 1596, de Houtman mendarat di pelabuhan Banten yang merupakan pelabuhan utama perdagangan lada di Jawa, lalu menyusur pantai utaranya, singgah di Sedayu, Madura, dan lainnya. Kepemimpinan de Houtman sangat buruk. Dia berlaku sombong dan besikap semaunya pada orang-orang pribumi dan juga terhadap sesama pedagang Eropa. Sejumlah konflik menyebabkan dia harus kehilangan satu perahu dan banyak awaknya, sehingga ketika mendarat di Belanda pada tahun 1597, dia hanya menyisakan tiga kapal dan 89 awak. Walau demikian, tiga kapal tersebut penuh berisi rempah-rempah dan benda berharga lainnya.

Orang-orang Belanda berpikiran, jika seorang de Houtman yang tidak cakap memimpin saja bisa mendapat sebanyak itu, apalagi jika dipimpin oleh orang dan armada yang jauh lebih unggul. Kedatangan kembali tim de Houtman menimbulkan semangat yang menyala-nyala di banyak pedagang Belanda untuk mengikut jejaknya. Jejak Houtman diikuti oleh puluhan bahkan ratusan saudagar Belanda yang mengirimkan armada mereka ke Hindia Timur. Dalam tempo beberapa tahun saja, Belanda telah menjajah Hindia Timur dan hal itu berlangsung lama hingga baru merdeka pada tahun 1945.

Photobucket

Minggu, 01 Agustus 2010

The Great Bombard "Muhammad Gun"

The Great Bombard "Muhammad Gun"
Meriam

Tentara Turki Ottoman adalah salah satu pasukan yang paling disegani sepanjang sejarah peperangan dunia. Bukan hanya dikenal dengan keberaniannya, tetapi juga dikenal dengan strategi perangnya, dan inovasi persenjataan. Misalnya penemuan Bubuk Mesiu (Gun Powder) pada abad ke-12 oleh para ilmuwan Islam. Dan tentu saja yang membuat bangsa Eropa terpukau adalah, kewajiban sholat yang masih dijalankan oleh pasukan kaum muslimin disaat jeda antara peperangan.

The Great Bombard "Muhammad Gun"
ottoman

Selain penemuan teknologi-teknologi militer lainnya, salah satunya yang termasyur adalah Meriam Raksasa dari zaman Turki Ustmani, atau lebih dikenal dengan sebutan The Great Bombard. Ini adalah teknologi artileri paling maju dan paling kuat saat itu.

The Great Bombard "Muhammad Gun"
the great bombard

Bagi para penggemar gameRTS (Real Time Strategy) seperti Age of Empire, Rise of Nations, dsb. tentunya sudah tidak asing lagi mendengar salah satu senjata artileri paling ampuh di abad ke 15 hingga abad 18 ini. Meriam Raksasa Legendaris ini digunakan oleh Kerajaan Turki Ustmani untuk merebut kembali Kota Konstantinopel pada tahun 1453 dari tangan Pasukan Salib (Crussaders).

The Great Bombard "Muhammad Gun"
meriam

Artileri super berat ini sebenarnya bernama “The Great Turkish Bombard” atau juga dikenal dengan nama “Dardanella Gun”, karena dipakai dalam perang melawan Kerajaan Britania Raya di selat Dardanella pada tahun 1807. Bangsa-bangsa di Eropa juga mengenalnya dengan sebutan “Muhammad Gun”. Hanya mendengar namanya saja nyali para jenderal dan pasukan-pasukan Eropa saat itu hancur berkeping-keping.
Senjata ini memiliki nama yang setara dengan kemampuannya. Dirancang pertama kali pada tahun 1450 oleh seorang insinyur bernama Munir Ali. Dengan panjang 518 cm (kaliber 8,2) dan berat 18,6 ton, senjata ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian laras yang digunakan untuk menembakkan peluru yang terbuat dari bola-bola granit raksasa dengan bobot sebesar 300 Kg hingga 1600 Kg, dan bagian selongsong yang dapat menampung 7 bola granit raksasa atau 15 bola granit ukuran kecil. Karena itulah dalam sehari meriam ini hanya bisa menembakkan paling maksimal 15 kali. Jangkauan tembak The Great Bombard sangatlah luar biasa pada saat itu, yaitu dapat menjapai jarak satu mil!

The Great Bombard "Muhammad Gun"
peluru meriam

The Great Bombard terbuat dari perunggu kualitas terbaik dan ditempa oleh para tukang besi terbaik saat itu, dan yang membuat meriam ini berbeda daripada meriam-meriam lainnya adalah ukiran seni yang mengandung unsur kebudayaan Islam pada masa itu. Untuk menembakkan satu kali saja konon membutuhkan banyak sekali bubuk mesiu atau Gun Powder.

The Great Bombard juga ditempatkan di benteng pertahanan, baik yang ada di darat maupun di daerah pantai. Selain digunakan sebagai artileri darat, The Great Bombard juga dipasangkan pada kapal-kapal perang turki, seperti jenis kapal galleon dan monitor. Dalam Pertempuran Dardanella, meriam itu mampu menenggelamkan enam kapal Sir John Ducksworth. Jangkauan meriam ini pun mampu melintasi selat sejauh satu mil.

The Great Bombard "Muhammad Gun"
warship

The Great Bombard "Muhammad Gun"
ottoman navy

Pada tahun 1866, Sultan Abdul Aziz memberikan salah satu The Great Bombard yang digunakan pada perang Dardanella untuk Ratu Victoria saat kunjungan kenegaraannya ke Inggris. Dan kini The Great Bombard atau Dardanella Gun tersebut dapat anda nikmati di Fort Nelson, Portsmouth, Inggris. Senjata legendaris itu kini telah menjadi bagian dari koleksi paling berhaga Royal Armouries Kerajaan Inggris.

The Great Bombard "Muhammad Gun"
fort nelson